Sabtu, 24 Agustus 2013

Alasan Terbaik.

Apalah jarak yang hanya bisa kita artikan dengan angka, angka yang menjelaskan berapa jauhnya kamu dan aku, angka yang menjelaskan kalau pertemuan itu butuh nominal yang tidak sedikit, angka yang menjelaskan kalau sudah berapa hari, minggu, bulan bahkan tahun kita tak bertemu, dan dari sekian banyaknya angka-angka, kalau cinta yang tersimpan untukmu disana tidak butuh banyak nominal. Tat kala angka itu tak terhingga disini. Di hati. 

Siapa sangka, kita bisa dipertemukan dalam kondisi cinta yang ruangnya berbeda. Ini memang bukan keinginan kita, tapi dari kondisi ruang yang berbeda kita diberikan tenggat waktu yang tidak dijelaskan, tenggat waktu yang dimaksud adalah "pertemuan". Kapan kita menentukan pertemuan? Bukankah setiap rencana pertemuan hadir selalu tertunda entah itu masalah kamu disana dan aku disini, selalu ada masalah yang menunda pertemuan kita. Aku tak tak tahu ini kenapa bisa terjadi, tentunya hikmah dari semua tertundanya pertemuan adalah, kita diajarkan rasa 'sabar' yang lebih, perlahan memberi arti kedewasaan untuk menyikapinya.

Aku memilihmu.

Mungkin ini terdengar lucu, ada banyak orang yang lebih baik disini sedangkan aku memilih dan bertahan dengan kamu yang jauh disana. ini bukan berarti tanpa alasan. Banyak alasan, tentunya sulit dijelaskan. Simple-nya, ketika kita dihadapkan dengan ingin menyatukan dua hati, adalah dimana rasa nyaman ada? Rasa nyaman yang menjawab beberapa alasan yang membuat orang sekitar mungkin bingung karena kita bisa memilih dan bertahan dengan orang yang keberadaanya saja kita tidak tahu. Bukankah rasa nyaman itu bicara selera. Selera manusia tidak semua sama, apalagi bicara hati. Selera hati untuk menyamankan hati sudah tentu jauh sulit keberadaanya. Yang menjawab adalah pilihan, dan pilihan yang terbaik dari nyaman adalah kamu yang disana. 
Ekspektasi Hubungan.
Berbicara tentang hubungan yang "Mau dibawa kemana?". Pastinya, orang yang #LDR adalah orang yang sudah menentukan hubungannya mau dikemanain. Dia tidak main-main dengan hubungannya. Karena mereka sudah sadar, pengorbanan yang dihadapkan dalam #LDR tidak sedikit, baik hati, kangen, dan materi.  Sedikit yang mau orang kalau diajak #LDR, karena pemahaman mereka akan LDR itu cuma nahan kangen, mereka gak mikirin "Gimana rasanya berbulan-bulan nahan kangen terus ketemuan" kalau kamu enggak LDR atau belum LDR, coba tanya deh sama orang yang udah LDR gimana rasanya udah lama enggak ketemu pacar terus ketemuan. Ekspektasi hubungan jarak jauh itu gak cuma pengen hidup bersama, tapi dalam perjalanan hubungan jarak jauh. Kita malah jadi tau satu sama lain. Jadi, tau dia peduli sama kita enggak saat jauhan gini, dia mau setia enggak sama kita yang dia juga gak tau kita ada dimana dan lagi apa, dia mau menjaga hubungannya enggak saat kita lagi ada masalah yang bener-bener kita harus selesaikan saat berjauhan, dan satu lagi dia mau ngabarin enggak saat disela-sela kesibukannya demi membuat kita agar enggak berfikir yang bermacam-macam. Disini kita tau, LDR itu bener-bener untuk orang yang mau saling berjuang dan mempertahankan hubungannya, bukan cuma satu pihak.
Kenapa Dia? 
Judul "Kenapa dia" emang sedikit mirip maksudnya dengan pembahasan nomor pertama. Tapi, kalau ngomongin orang yang tepat adalah orang yang membuat kita kenapa bisa bertahan. Ada alasan tertentu kenapa dia bisa benar-benar kita pertahankan. Mungkin karena dia banyak maunya. Mau ngerti kalau lagi sibuk dalam urusan kerjaan, mau ngerti kalau lagi kangen terus ya diladenin, mau memahami kalau ngandelin kangen gak cuma pake emosi, tapi perlu ditahan dengan sedewasa mungkin "Mungkin dia kangen juga, tapi cara dia kangen berbeda dengan apa yang aku lakuin disini". Dan mau memaklumi kalau jauhan itu gak butuh gengsi untuk bilang kangen kalau kangen bilang bukan kode. Alasan itu yang bisa bikin orang mau banget bertahan, maunya banyak tapi dalam konteks positif dan baik untuk hubungannya. Bukan maunya dingertiin tapi gak mau ngertiin, yamaticajah. 
Jangan lupa, dikomentarin, ya. Oiya, kalau mau buku LDR yang terbaik untuk mempertahankan dan evaluasi hubungan kamu sama dia, coba buka ini.

Sabtu, 17 Agustus 2013

Kau Tahu? Aku Mengalahkan Berbagai Prasangka Ini, Untukmu.

Karena dengan menjalani hal yang tak bisa dikatakan mudah ini, benar-benar karena kucinta kau. Bahkan aku berhasil keluar dari jeratan pemikiran yang bisa menghentikan langkahku kapan saja. Atas apa yang pernah kupikirkan dan kubayangkan, aku berhasil bertahan dan membalikkan keadaan. Terbesit pemikiranku bercengkrama akrab denganku:

“Saat bagaimana kenyataan tak memperlakukanmu sesuai dengan usahamu, apa kau masih bisa meneruskan perjuanganmu? Perjuangan setelah perjuangan mengobati drii sendiri atas trauma terlalu mencintai, dengan desis masa lalu yang berhasil kau redam. Kalau toh masa lalu masih berdendang rindu dalam ingatanmu, menarik perhatianmu agar kau ingat akannya dan membaca tanda-tanda penyesalan itu, itupun berhasil kauanggap hanya sebagai pengingat bahwa kauharus lebih bahagia dari siapa kau sebelumnya.
Tapi apa jadinya saat kenyataanmu saat ini masih membiarkanmu mencintai terlalu dalam? Benar kau siap dan telah berubah. Tapi bagaimana dengan kondisi hatimu? Apa sudah berhasil beranjak dari ingatan-ingatan itu?
Menerima kenyataan bahwa kau jatuh cinta pada siapa yang tak memperjuangkanmu. Menghadapi kenyataan yang sama bahwa kau mengambil peran lebih untuk mencintai. Mendapati kenyataan bahwa kau berjuang bertahan sendiri lagi.
Bagaimana jika pertama-tama kau maafkan kenyataan yang ada di hadapanmu yang tak sesuai dengan semua rencanamu terlebih dahulu? Baru cobalah melangkah lebih jauh lagi.
Karena kau masih mendapati apa yang sederhana cukup membuatmu bahagia padahal sebenarnya kau inginkan lebih dan kau pantas mendapatkannya.
Karena kau berhasil bahagia dengan menerima apapun yang kau dapatkan, seberapa banyakpun itu. Dan bahkan tak sama besar pun kau katakan seimbang dengan sinar mata yang mencoba meyakinkan siapapun yang menyalahkanmu atas hal ini.
Karena masih sering kali kautak memikirkan kebahagiaanmu dan berkorban banyak tanpa kausadari.
Karena sudut pandangmu bukanlah milik mereka, tapi mereka mengatakan apa yang mereka lihat. Setidaknya mereka mencoba untuk benar menebak apa yang tergambar di wajahmu. Terkadang, pikirkan juga mereka, jangan keras kepala berpikiran bahwa kau baik-baik saja.
Membahas apa yang akan kau lukiskan setelah tanda tanya besar dalam pikiranmu, dan apa yang kau dapatkan darinya, tak bisa kau tebak meskipun sudah kau jabarkan perasaanmu dan seberapa besar kesungguhan yang kau punya.
Apa kau harus berjuang sendiri? Apa harus kau sendiri yang bertahan? Apa dia mencoba untuk mengerti? Kau mengerti, tapi mau sampai kapan ia tak mau tahu?
Hidup ini terlalu singkat untuk menyesali apa yang tak menyesalimu saat kau berpaling. Pikirkan lagi.”

Tapi sampai saat ini aku masih bertahan karena aku yakin sesulit apapun keadaan dan prasangkaku memaksa, aku tak pernah membiarkan apa yang sudah kita perjuangkan sejauh ini menjadi sia-sia hanya karena emosi dan prasangka sesaat. Itupun karena aku yakin bahwa ini bukan maksudmu membuatku merasakan hal ini, ini hanya keadaan dan keegoisan perasaan sedih dan marah karena kecewa akan suatu hal yang seharusnya bisa kufikirkan lebih jernih lagi. Karena kenyataan tak akan mendahului masanya, dan prasangka tak akan jadi nyata jika tak diizinkan atau usaha kita merubahnya. Menyerah bukan opsi alternatif, dan menyalahkan keadaan tak akan memperbaiki apapun. Pikirkan lagi, keadaan ini mengujimu atau mempermainkanmu? Kau berhasil mengalahkan egomu atau egomu mempermainkanmu? Kekasihmu mengimbangimu atau membiarkanmu sendiri?

Notes: Jangan lupa komentarin, ya. 

Senin, 12 Agustus 2013

Kita Tidak Satu

Kau benar terlambat, Tuhan memang belum mengizinkan kita untuk bersama. 

Sebagian pesan memang hadir untuk kau baca, sadarlah kalau semua yang kita perlukan adalah komunikasi, bukan siapa yang membutuhkan lalu siapa yang mencari. Mungkin aku banyak terlalu mencari keberadaanmu yang seakan kau banyak menyibukan apa yang kau mau disana. Lihatlah siapa yang menunggumu disini dan cobalah kau pahami arti dari orang yang selama ini pernah menitikan air matanya karena terlalu banyak merisaukan dirimu. Kau tak seperti biasa hari-hari ini, aku yang terlalu banyak berfikir yang macam-macam dan kau bosan dengan kehadiranku disini. Setidaknya aku butuh lima menit untuk kau dengarkan apa yang ingin aku ceritakan, sebelum lima menit itu hadir sendirinya pada orang lain. Sejujurnya, aku merisaukan kehadiran orang lain yang kusimpan tanpa sepengetahuanmu, tak ada yang salah dalam situasi seperti ini. Hanya kita butuh dua pengertian yang seharusnya sama, kali ini kita berbeda hanya untuk bisa mendengarkan alasan yang semestinya kau terima, kau pahami, lalu kita saling mencintai(lagi). Dan… Semua itu sirna ketika kita sudah egois, tak dapat menerima alasan aku yang seharusnya kau dengarkan dan kau yang seharusnya menerima, kali ini kau dan aku yang tak dapat menerima dan mendengarkan. Kaliinipun yang mendengarkan adalah orang lain yang menerima juga orang lain, kehadiran orang lain yang dapat aku terima lalu dia mendengarkan dan menunggu kita sebagai orang lain. Hingga dia bisa menerima aku sebagai miliknya. Jelas semua terdengar rumit, sangat rumit. Hanya karena lima menit kita bisa membuang pengorbanan yang kita bangun selama bertahun-tahun.

Semua membuat kita tak mampu untuk mempertahankan bukan? Kau tetap menjadi dirimu yang saat ini dengan pemahaman cinta yang berbeda, dan aku ada dalam posisi menerima “sebaiknya aku menerima siapa yang lebih memahami aku saat ini dengan menerima orang lain, yang lebih peduli darimu”.

Seolah kita tak percaya dengan mimpi-mimpi yang perlahan kita bangun, manisnya sebuah janji, hubungan yang kita lalui beberapa tahun kebelakang. Aku lupa rincinya, yang jelas mimpi itu akan terus kita gantungkan, dulu, sebagai alat bagaimana sebaiknya agar kita  bisa berdamai setelah pertengkaran hebat. Namun sekarang semuanya sudah kita lalui sebagai pengalaman manis menjadi pahit. Kau terlambat dengan apa yang seharusnya kau lakukan “Maaf, mungkin aku terlalu sibuk dengan apa yang aku bangun dengan diriku dan menyingkirkan keberadaanmu” pesan itu kuterima saat aku benar-benar memaafkan hatiku yang kau buat kecewa; mimpi, harapan, janji dan kehidupan yang kita rencanakan sudah berlalu sebagai abu. Sudah terbakar, sudah menjadi abu, dan sudah hilang tertiup angin. Tak perlu lagi mencari masa depan yang sudah kita buang, tak perlu lagi mencari kehidupan yang pernah dikecewakan, tak perlu lagi mengharapkan sesuatu yang membuat kita pernah menangis dan tak akan menjadi satu lagi. Kenyataannya, kau memang terlambat sadar dan menjadikan kita satu.


Dan lagu itu terputar, perlahan aku amati lirik perliriknya, hati semakin berdegup kencang karena lagu ini benar-benar menyadarkan… Ternyata kau tak salah. Waktu memang tak salah. Hanya kita yang menjadikan kesalahan itu sebagai acuan ternyata aku dan kamu benar tak bisa bersama. Cintamu memang tak dapat kumiliki. Masih adakahku di hatimu? Untitled – Maliq & D’essentials. 

Notes: Komentarin, ya. Suka enggak, suka, tetep komentarin. Oiya, kamu juga wajib baca ini
Gambar di ambil dari observando.net :) 

Kamis, 08 Agustus 2013

Hari Memaafkan, Memaafkan mereka yang nanyain "Pacarnya mana?"

Hari Raya Idul fitri atau biasa kita sebut dengan Lebaran, yak hanya orang indonesia yang menyebut hari raya idul fitri dengan Lebaran. Hari lebaran pasti kita seneng banget bisa berkumpul saudara dan bisa keliling kampung cuma untuk sungkeman yang pastinya kita melakukan hal yang cuma setahun sekali, setahun sekali dapet salam tempel bagi yang belum kerja, setahun sekali buang-buang uang bagiin salam tempel ke yang belum kerja, dunia berputar. Ada yang ganjil dalam prosesi sungkeman di kampung ada hal yang membuat kita sedikit nyesek dan sisanya nyesek banget, pake banget, kebangetan. Setiap silaturahmi ke rumah tetangga atau tetangga silaturahmi ke rumah, salah satu dari mereka pasti ada yang nyeletuk "Pacarnya mana", "Udah nikah?", "Kuliahnya udah lulus?", dan pertanyaan yang membuat si pemberi jawaban merasa terpojok, diam membisu, dan tenggelam dalam lautan dalam.

Kita yang #LDR yaiyalah LDR, kalau gak LDR ngapain juga bikin postingan ini. Iya kita yang LDR pasti dibuat ganjil dalam kebahagiaan lebaran. intinya kita sendiri, diulang lagi sendiri, dieja lagi S.E.N.D.I.R.I hampir miriplah dengan status jomblo cuma bedanya kita emang udah punya PACAR!!!! PACAR? mahluk apa itu? itu mahluk yang membuat kita bahagia saat bersama dan nyesek saat ditanya "MANA PACARNYA?" Ah udahlah, ya. ngomongin pacar kangen mendadak, mendadak pengen disuapin opor ayam sama dia, rendang juga.

Dan akhirnya ketika sungkeman dengan mereka re: keluarga besar, tetangga dan orang kampung. kita pasti dibanjiri dengan pertanyaan-pertanyaan, seperti yang pernah saya twit-kan. ah ini nyesek banget kalau diinget-inget, serasa yang nanya pengen disuapin rendang, mie rasa rendang. 
Lagi sungkeman ada yg nyeletuk "Eh, tahun kemarin sendiri masa sekarang sendiri lagi, katanya pacaran. Pacarnya mana?"
*sungkeman* Perasaan liat di twitter sama facebook berdua, kok ke sini sendiri? Pacar kamu mana? | .... 
*sungkeman* eh itu siapa namanya, pacar kamu yang kmrn liat di facebook, kok gak bareng dia sih? Masih kan? | *DHEG*.
*sungkeman* Eh, gak kemana-mana lebaran, pacarnya gak ke sini. masih pacaran kan sama dia? | *DHEG*
*Sungkeman* Di facebook/twitter mesra banget perasaan sama pacarnya. lebih mesra lagi kalo lebaran berduaan sama pacar. | *DHEG*
*sungkeman* itu temen-temen kamu perasaan udah pada nikah, paling gak ke sini sama pacarnyalah, pacar kamu? | ... 
Sungkeman ke tetangga terus ada yg bilang "Eh anaknya ibu *ini* udah gede aja, pacarnya mana? Nikahnya kapan?" | ….
Setiap sungkeman ke beda rumah pasti ditanyain; "Kapan nikah", "Pacarnya mana?", "kerja dimana" dan "batal berapa puasa?"
Saya <~ Suka pura-pura budeg kalo ditanyain "Pacarnya mana?" tapi suka ngaminin aja kalau ada pertanyaan yang "Cepet nikah!".
Atau menjawab ketika ditanya "Pacarnya mana?" | "Ini di hati" *nunjukin ke dada*.
Masalahnya adalah lebaran bertepatan dengan hari nyesek ditanyain "Mana pacarnya?". Yang akhirnya hari lebaran memang hari memaafkan, memaafkan mereka yang menanyakan "Mana pacarnya?" atau "Kapan nikah?". Semoga mereka yang menanyakan juga dimaafkan oleh Allah SWT. Amiin.

Tadi siang nemu quotes dari path sodara @ahfauzan, semoga yang belum menikah bisa terhibur dan yang udah bisa bernafas panjang liat gambarnya

Sebenarnya tulisan diatas udah pernah dipostingan di tumblr, cuma ini lebih diedit dan rapih aja.

Bonus: 
Saya beserta adik-adik saya, mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H
Mohon maaf lahir batin.

Kamis, 01 Agustus 2013

Kalimat, Pesan Singkat, dan Maknanya (Bag. 1)


Oke, sekarang kita bicarain masalah hal sensitive yang sebenernya super sepele dan juga punya banyak sudut pandang dan anggapan. Kenapa? Karena setiap pasangan punya pendapat yang gak bisa diseragamkan, dan semua pendapat itu bener mengingat kembali perlakuan setiap pasangan terhadap kondisi mereka adalah berbeda, dan situasi juga karakter setiap pasangan jelas berbeda.

1. Greetings
Hal-hal kecil semacam “Selamat pagi, sayang” “Afternoon, sweety” atau sapaan-sapaan yang lain memang bukan hal wajib dalam sebuah hubungan. Keseharian juga akan tetap jalan tanpa ucapan itu kan? Pagi juga bakal tetap menjelang tanpa ucapan selamat pagi, ujian sekolah juga gak akan dibatalin tanpa ucapan “Selamat ujian, sayang. Kerjain yang bener yaa, kamu pasti bisa”
Memang bukan hal yang menjadi sebuah kewajiban sehingga ada aturan tertentu yang ngatur itu semua buat dilakuin tiap hari. Tapi, bagaimana jika berbagai ucapan-ucapan itu bisa menimbulkan magis? Magis di sini dalam arti ketika sesuatu cuma kita lakuin untuk satu orang  dengan tujuan memunculkan kesan tertentu.
Bagaimana jika berbagai hal sederhana itu mampu menunjukkan banyak hal? Contohnya: kepedulian, kepekaan, dan kesungguhan. Sederhananya, kita nyapa banyak orang yang kita kenal kan di kampus/kantor/sekolah/jalan? Masa iya kita gak ngelakuin itu ke pacar kita sendiri yang kehadirannya berpengaruh besar terhadap keseharian kita? Dia yang dirindukan, dia yang dinanti, apa susahnya saat hal sederhana mampu merangkum berbagai hal yang kita tujukan padanya?
Atau dipandang merepotkan juga berlebihan? Setidaknya sebelum kita menentukan sebuah anggapan, cari tahu dulu bagaimana sisimu yang lain (dia) menanggapinya. Saat hal sesederhana selamat pagi-mu membuatnya senang, maka bahagia baginya adalah pemberian hal-hal yang sederhana, hal kecil darimu saja bisa membuatnya senang. Membahagiakan pacar yang jauh itu, sebenernya gak ribet kalau kita mau berusaha dan paham apa yang dia mau. Balik lagi ke? Peka.
Anggapan setiap pasangan memang berbeda, tapi setidaknya menunjukkan perhatian tidak ada salahnya kan? Kalau sesederhana ini bisa menyenangkannya dan menjadi ‘vitamin’ baginya, bagaimana? Memberikan semangat dan mengisyaratkan padanya bahwa kita memikirkannya, bukankah itu hal yang manis? Jauh itu, keren, tapi gak keren. Kita bisa bahagia karena hal-hal kecil, dan kecewa serta risau sendiri karena hal-hal sepele.
Nah, dari hal ini mengajarkan bahwa kalimat-kalimat memiliki presepsi dan makna tersendiri untuk setip niat, timing, dan tujuan. Jangan cuma menyapa, selipkan niat; kau menunjukkan bahwa kau rindu dan memikirkannya.
Satu hal lagi, untuk para lelaki: “Sending sweet things on social media or via message is also fun. In some ways it’s no different than sending flowers to her/his home or preparing surprise. You’re declaring your love for everyone to see and make them envy. Now, which girl who doesn’t like publicly adored?

2. Warnings
To be continued.